PENIGKATAN MOTIVASI PEMBELAJARAN
KEWARGANEGARAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS
V SD NEGERI 34 PONTIANAK KOTA
DESAIN PENELITIAN
OLEH:
DWITA
PURNAMA SARI
NIM:
F37009036
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar
Jurusan Pendidikan Dasar
Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya Desain Penelitian yang berjudul “Peningkatan Motivasi Pembelajaran
Kewarganegaraan dengan Menggungakan Model Problem
Based Learning pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota”
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Desain
penelitian ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas pada semester V Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitass Tanjungpura Pontianak.
Terima
kasih kepada Bapak Maridjo Abdul Hasjmy selaku dosen pengampuh mata kuliah dan
semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu penulis menyelesaikan makalah
ini, baik itu sebagai sumbang saran maupun tenaga.
Mudah-mudahan
desain penelitian Peningkatan Motivasi Pembelajaran Kewarganegaraan dengan
Menggungakan Model Problem Based Learning
pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota yang penulis paparkan
ini dapat disimak dan dapat dijadikan motivasi bagi para pembaca.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan dan
saran dari para pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah
berikutnya.
Harapan
penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan para pembaca
sekalian.
Pontianak, 26 Juni 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………....ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………1
A.
Latar
Belakang………………………………………………………………
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………………...…
C.
Tujuan
Penulisan……………………………………………………………..
D.
Manfaat
Penulisan………………………………………….…………...……
BAB II
MOTIVASI PEMBELAJARAN DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN….………….………
A.
Motivasi
Pembelajaran dalam Pembelajaran Kewarganegaraan.............
1.
Pengertian
Motivasi Pembelajaran
2.
Peranan
Motivasi dalam Pembelajaran
3.
Jenis-jenis
Motivasi Pembelajaran
4.
Indikator
Kinerja Untuk Mengukur Motivasi Pembelajaran….
B.
Model
Problem Based Learning…………………………..
1.
Pengertian
Model Problem Based Learning
2.
Manfaat
Model Problem Based Learning
3.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Problem Based Laarning
4.
Langkah-langkah
Pelaksanaan Model Problem Based Learning
5.
Implementasi
Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Kewarganegaraan
BAB III
METODE
PENELITIAN…………………………………………..
A.
Metode
dan Bentuk Penelitian…………………………….…………….
1.
Metode
penelitian
2.
Bentuk
Penelitian
B.
Setting
dan Subjek Penelitian
1.
Setting
Penelitian
2.
Subjek
Penelitian
C.
Langkah-langkah
Tindakan
D.
Indikator
Kinerja Motivasi Pembelajaran
E.
Teknik
dan Alat Pengumpul Data
1.
Teknik
Pengumpul Data
2.
Alat
Pengumpul Data
F.
Prosedur
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang pendidik bukan hanya
bagaimana mengajarkan sebuah pelajaran
melainkan bagaimana cara pendidik tersebut dalam menyampaikan
pembelajaran agar siswa termotivasi untuk belajar. Menurut Mc. Donald, yang dikutip Sardiman (2010:73) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan di dahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan”. Maka dari itu, jika seorang anak telah termotivasi dalam
belajar maka anak tersebut akan berusaha untuk mencari dan menemukan
informasi mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengolahnya,
mengubah informasi yang didapatnyai menjadi suatu pegetahuan, serta menerapkan
hasil ini ke dalam kehidupan sehari-hari sehingga terciptalah pembelajaran yang efektif dan menyenangkan . Guna mempertahankan motivasi belajar yang
timbul dari para siswa tersebut, para pendidik sangat memegang peranan penting.
Untuk itu, pemahaman akan pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran haruslah dimiliki
oleh pendidik agar dalam pembelajaran pendidik
dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Para
pendidik seharusnya juga menciptakan suasana belajar yang positif dan
menyajikan langkah-langkah yang dapat mendorong peserta didik agar mereka mau
belajar dan mau menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari, sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Motivasi
belajar juga dapat mendorong siswa untuk berperilaku aktif dan berprestasi
dalam kelas, akan tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh
negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. Oleh karena
itu sangat diperlukan juga keterampilan pendidik
dalam mengelola motivasi belajar siswa agar siswa selalu memiliki kemauan untuk
belajar. Terlebih lagi dalam pembelajaran yang bersifat sosial,
misalnya Pendidikan Kewarganegaraan akan sangat diperlukan sekali
motivasi-motivasi pembelajaran agar siswa selalu memiliki keinginan untuk jauh
lebih tahu mengenai isi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Karena dalam
Pendidikan Kewarganegaraan memuat banyak nilai-nilai moral yang dapat menuntun
siswa menjadi Warga Negara Indonesia yang baik. Winata Putra ( dalam Ruminiati,
2007: 1.25) berpendapat bahwa “Warga negara yang baik adalah warga Negara yang mengetahui dan menyadari serta
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara”. Dengan termotivasinya
siswa untuk mengikuti pembelajaran kewarganegaraan dengan baik, maka sedikit
banyaknya siswa akan mengerti akan hak dan kewajibannnya sebagai warga negara,
sehingga terciptalah siswa yang bermoral dan memiliki budi pekerti yang baik..
Usaha untuk
meningkatkan motivasi pembelajaran kewargnegaraan siswa juga memerlukan kondisi
tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya
sendiri dan menggunakan interaksi antar pribadi dengan teman dan pendidik untuk
mengembangkan kemampuan kognitif/ intelektual dan kemampuan sosial. Di samping
itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa
perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara
individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.
Namun
pada kenyataan yang ada, masih sangat banyak dijumpai siswa yang meskipun telah
mendapat pembelajaran dari pendidik dan mendapat perhatian yang cukup dari
orangtua mereka ternyata motivasi belajar yang dimiliki masih belum maksimal seperti
yang diharapkan. Sebagai contoh ketika ulangan siswa lebih suka menyontek teman
dari pada harus belajar dirumah serta memahami isi dari buku-buku pelajaran
mereka, kurangnya minat siswa untuk
mengikuti kegiatan ekstra tambahan les belajar di akhir pelajaran,dan kurangnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari
penjelasan diatas, kurangnya motivasi
belajar yang dimiliki siswa tidak sepenuhnya berawal dari dalam diri siswa itu
sendiri sendiri, namun pihak sekolah selama ini juga belum secara optimal
mengupayakan bagaimana solusi yang tepat untuk menangani siswa yang kurang
memiliki motiavasi belajar. Kondisi ini dapat dilihat dari peran pendidik dalam
pembelajaran baik dalam memberikan
informasi pengetahuan maupun sikap.
Dewasa ini masih banyak para guru
yang hanya sekedar mengajar. Musrofi
menyatakan:
Guru hanya sebagai penyampai materi dengan mengejar
target dalam waktu yang terbatas. Akibatnya guru merasa “sudah benar” karena
materi pelajaran sudah disampaikan kepada siswa sesuai waktu yang ditentukan.
Jadi, fokus perhatian guru adalah pada penyelesaian target materi pelajaran
yang harus disampaikan dan bukan pada pemahaman terhadap materi yang
disampaikan (Musrofi, 2010:29).
Dari pernyataan diatas,
dapat dipahami bahwa saat sekarang ini banyak guru yang memandang motivasi
belajar dengan sebelah mata. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya motivasi
belajar yang ada dalam diri siswa. Padahal, motivasi merupakan salah satu
variabel penting dalam dunia pendidikan agar pendidikan bisa berkembang dengan
baik.
Rendahnya
motivasi belajar pada siswa perlu mendapat perhatian yang serius dari pendidik,
untuk itu pendidik perlu melakukan refleksi diri atau introsperksi diri dalam pembelajaran. Pendidik harus
memperhatikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan dan
diupayakannya apakah sudah dapat memotivasi siswa dengan baik atau belum.
Karena jika belum, kesenjangan ini akan menyebabkan kemunduran kualitas
pendidikan.
Adapun upaya yang dapat dilakukan guru salah
satunya adalah dengan menerapkan model-model pembelajaran. . Dalam pembelajaran
Kewarganegaraan salah satu model pembelajaran yang dapat di terapkan adalah model problem based learning. Pada model
pembelajaran ini siswa diajak untuk
berpikir dan memecahkan masalah-masalah yang sedang mereka hadapi. Hal ini sangat relevan dengan sifat anak
Sekolah Dasar yang selalu ingin tahu. Sehingga dalam pembelajaran kewarganegaraan,
model problem based learning sangat cocok digunakan agar siswa dapat lebih
memahami dan menerapkan pembelajaran yang sedang mereka dapatkan.
Oleh
sebab itulah mengapa peneliti membahas tentang “Peningkatan Motivasi
Pembelajaran Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning
Pada Siswa Kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota”. Hal ini dilakukan untuk
menguji apakah Model Problem Based Learning ini dapat
meningkatkan motivsi pembelajaran siswa.
B.
Masalah Penelitian
Dari
latar belakang diatas, adapun yang menjadi masalah umum dari penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Peningkatan Motivasi pembelajaran Kewarganegaraan dengan
digunakannya Metode Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34
Pontianak Kota?”. Dari masalah ini muncul beberapa submasalah, yaitu:
1. Bagaimanakah peningkatan motivasi
Instrinsik pada Pembelajaran Kewarganegaraan dengan digunakannya Model Problem
Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota?
2. Bagaimanakah Peningkatan Motivasi
Ekstrinsik pada Pembelajaran Kewarganegaraan dengan digunakannya Model Problem
Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota?
C.
Tujuan Penelitian
Dari
masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk meningkatkan motivasi pembelajaran dalam pembelajaran Kewarganegaraan
terutama yang berhubungan dengan
1. Peningkatan motivasi Instrinsik dalam pembelajaran
2. Peningkatan motivasi Ekstrinsik dalam
pembelajaran
D.
Manfaat Penelitin
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kualitas
belajar siswa
2.
Menjadikan
profesionalisme guru dalam pembelajaran.
3.
Menciptakan
inovasi pembelajaan secara nyata
BAB II
MOTIVASI PEMBELAJARAN
DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN
A.
Motivasi Pembelajaran dalam
Pembelajaran Kewarganegaraan
1.
Pengertian Motivasi Pembelajaran
Istilah
motivasi berasal dari kata motif yang
dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat didalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diamati
secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku tertentu,
berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah
laku tertentu.
Di
dalam bukunya Uno (2011: 3) menyatakan bahwa “Motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya”. Mendukung pernyataan diatas menurut Mc. Donald, yang dikutip Sardiman (2010:73) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan di dahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan”. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu dengan adanya tujuan tertentu.
Motivasi dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Winataputra (2008: 1.14) mengatakan bahwa “Pembelajaran selalu mengacu
pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku individu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran”.
Hal ini berarti, motivasi pembelajaran merupakan dorongan
dari dalam diri seseorang untuk mengikuti kegiatan yang sengaja dirancang untuk mendukung proses belajar sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai.
2.
Peranan Motivasi Dalam Pembelajaran
Dalam
pembelajaran, motivasi pada dasarnya sangat berperan dalam membantu untuk memahami dan menjelaskan sebuah materi yang
sedang dipelajari. Serta dapat mengajak
siswa selalu memiliki minat dalam pembelajaran. Ada beberapa peranan
penting dari motivasi dalam pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan
hal-hal yang dapat dijadikan penguatan belajar, (b) memperjelas tujuan belajar
yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar (Uno, 2011: 27).
1.
Peran
motivasi dalam menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat dikatakan berperan dalam penguatan belajar
apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahannya dan siswa tersebut berusaha
menyelesaikan masalah dengan bantuan pengeahuan yang telah dimilikinya. Sesuatu
dapat menjadi penguatan belajar untuk seseorang apabila dia sedang benar-benar
mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain motivasi dapat
membuat lingkungan agar bermanfaat untuk memperkuat perbuatan belajar anak.
2.
Peran
motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat
kaitannya dengan kebermaknaan dalam belajar. Anak akan tertarik untuk belajar
sesuatu apabila yang dipelajarinya merupakan yang telah diketahui dan telah dirasakan manfaat bagi dirinya.
3.
Motivasi
menentukan ketekunan belajar
Anak yang telah termotivasi untuk
belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan
harapan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya, apabila seseorang kurang
termotivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar, serta mudah
tergoda untuk mengerjakan hal yang lain diluar pembelajaran.
3.
Jenis-jenis Motivasi Pembelajaran
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi,
pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenid, yaitu: a)
motivasi Instrinsik, b) motivasi Ekstrinsik.
a.
Motivasi
Instrinsik
Menurut
Sardiman (2010: 89) ”Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif,
atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dan Usman (2004: 24)
berpendapat bahwa jenis motivasi intrinsik ini timbul sebagai akibat dari dalam
diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi
atas kemauan sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri seseorang atau tidak memerlukan adanya rangsangan dari luar.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri seseorang atau tidak memerlukan adanya rangsangan dari luar.
b.
Motivasi Ekstrinsik
Menurut
Sardiman (2010: 91) mengemukakan, “Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar”. Motivasi ekstrinsik
dikatakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk
mencapai tujuan yang terletak di luar perbuatan yang dilakukanya. Kemudian
Winkel (2005: 94) mengatakan bahwa “Motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas
belajar yang dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang
tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”. Dari kedua
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah suatu
tindakan yang disebabkan oleh factor
dorongan atau rangsangan dari luar diri seseorang atau
memerlukan adanya rangsangan dari luar.
4.
Indikator
Kinerja Untuk Mengukur Motivasi Pembelajaran
Pada dasarnya, motivasi pembelajaran merupakan dorongan
internal dan eksternal pada diri siswa yang sedang belajaar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur yang
mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar pada keberhasilan sesseorang dalam
belajar. Dalam bukunya Uno (2011: 23) menuliskan bahwa:
Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan
dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat
belajar dengan baik.
B.
Model Problem Based Learning Dalam
Pembelajaran
1.
Pengertian Model Problem Based
Learning
Problem Based Learning (pembelajaran berbasis
masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Problem Based Learning
merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk
mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru. Dalam hal
ini, dalam pembelajarannya siswa akan diberikan masalah-masalah nyata, sehingga
siswa dapat berpikir lebih real dalam penyelesaiannya. Menurut Dewey (dalam
Trianto, 2010: 91) “Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkunga”. Ini berarti lingkungan memberikan siswa bantuan dan masalah,
sedangkan dalam diri siswa itu sendiri memikirkan bagaimana bantuan itu sendiri
secara efektif dapat bekerja sehingga masalah dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
2.
Manfaat Model Problem Based Learning
Pembelajaran
model problem based learning
dirancang untuk melatih siswa agar mampu berpikir secara kritis. Ibrahim dan
Nur (dalam Trianto, 2010: 96) bengatakan bahwa “Pengajaran berdasarkan masalah
dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi
pelajar yang otonom dan mandiri”.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Model Problem
Based Learning
Pembelajaran
model problem based learning juga memiliki beberapar kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan dari PBL adalah: (1) realistic dengan kehidupan siswa; (2)
konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inquiry siswa; (4)
retensi konsep jadi kuat dan (5) memupuk kemampuan problem solving. Sedangkan kekurangannya antara lain: (1) persiapan
pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari
problem yang yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi dan (4) konsumsi waktu,
dimana model pembelajaran ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses
penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses
tersebut.
4.
Langkah-langkah Pelaksanaan Model
Problem Based Learning
Dalam
model problem based learning, ada beberapa langkah pembelajaran yang harus
dilaksanakan. Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002: 1) (dalam Rusman,
2010:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah
sebagai berikut:
Fase
|
Indikator
|
Tingkah
Laku Guru
|
1
|
Orientasi siswa pada
masalah
|
Menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
|
2.
|
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
|
Membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
|
3
|
Membimbing pengalaman
individu
|
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
|
4
|
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
|
5
|
Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.
|
Dari
tabel diatas dapat diuraikan langkah-langkah model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a. Mengorientasikan masalah
Pada awal pembelajaran,
guru harus menjelskan tujuan pembelajaran dan menginformasikan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Mengorganisasi siswa dalam
pembelajaran
Menjelaskan kepada siswa
mengenai tugas yang akan dikerjakan, dan mengorganisasikan tugas belajar yang
sesuai/ berhubungan dengan masalah.
c. Membimbing Siswa dalam Belajar\
Dalam pelaksanaannya guru
membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengontrol kegiatan
pembelajaran yang siswa lakukan. Siswa diberikan kebebasan untuk mencari
informasi mengenai masalah yang akan mereka selesaikan.
d. Menyajikan Laporan
Membimbing siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan laporan hasil karya mereka.
e. Evaluasi
Melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses yang mereka gunakan.
5.
Implementasi Model Problem Based
Learning dalam Pembelajaran Kewarganegaraan
Untuk memberikan gambaran bagaimana penerapan model Problem Based Learning maka akan
dipaparkan penerapan model Problem Based
Learning pada pembelajaran kewarganegaraan kelas V, yaitu:
Contoh : Pada materi Kebebasan
Berorganisasi
1. Mengorientasikan Masalah
a. Siswa mendapat kejelasan mengenai
tujuan pembelajaran.
b. Siswa diminta untuk membaca materi.
c. Siswa dibagi kelompok dan setiap
kelompok diberikan masalah yang berbeda.
d. Setisap kelompok diberikan LKS berisi
soal-soal mengenai masalah yang diberikan.
2. Mengorganisasikan siswa dalam
pembelajaran
a. Siswa di bimbing untuk mengerjakan
tugas bedasarkan masalah yang telah diberikan
b. Setiap masalah diberikan kisi-kisi
yang harus diselesaikan (berupa pertanyaan dalam LKS)
3. Membimbing siswa dalam belajar
a. Siswa diberikan kesempatan untuk
mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang telah diberikan.
b. Siswa memecahkan masalah dengan
bekerjasama dalam kelompok.
4. Menyajikan Laporan
a. Siswa membuat laporan dari hasil kerja
kelompok berdasarkan perintah dari LKS yang telah diberikan.
b. Siswa menyajikan lap[oran hasil kerja
kelompok mereka
5. Evaluasi
a. Siswa bersama guru melakukan evaluasi
mengenai penyelidikan mereka.
b. Siswa bersama guru merefleksi proses
pembelajaran yang telah mereka lakukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode dan Bentuk Penelitian
1.
Metode Penelitian
Dalam
mengadakan penelitian harus ditentukan terlegih dahulu metode yang harus digunakan. Hadari Nawawi
(1985: 61-93) menyatakan “Ada empat macam metode penelitian yaitu metode
filosofis, metode deskriptif, metode historis, dan metode eksprimen”. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hadari
Nawawi ( 1985: 63) menyatakan bahwa “metode deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang sedang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana mestinya”. Dan menurut Gay (dalam Hikmat, 2011:
44) “Penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam
rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada
waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian”. Dengan kata lain,
metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan
masalah dengan cara memaparkan hasil penelitian berdasarkan keadaan sebenarnya.
Metode deskriptif dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah mengenai
peningkatan motivasi pembelajaran dengan menggambarkan keadaan pada saat
pembelajaran Kewarganegaraan di kelas V dengan menggunakan Model Problem Based
Learning sehingga akan diperoleh hasil apakah model Problem Based Learning ini
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa atau tidak.
2.
Bentuk penelitian
Berdasarkan
metode dan bentuk penelitian yang digunakan maka jenis penelitian dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Susilo (2010: 16) menyatakan
bahwa “Penelitian Tindakaan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
dikelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan
atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran”. Bentuk penelitian pada
umumnya ada tiga (3) macam, sebagaimana yang
dikemukakan Hadari Nawawi (dalam Hasjmy, 2010: 27) yaitu: (1) survey (survey studies), (2) Studi Hubungan (interrelationship studies)yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (3) Studi Perkembangan (Developmental Studies).
Dalam
penelitian tindakan kelas, bentuk penelitian yang digunakan pada umumnya adalah
Survei (Survey Studies) dengan jenisnya yaitu Survei Kelembagaan (Institutional Survey).
B.
Setting Dan Subjek Penelitian
1.
Setting Penelitian
Penelitian
ini menggunakan setting di dalam kelas, yaitu akan dilaksanakan di Sekolah
Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. Khususnya dikelas V.
2.
Subjek Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini adalah:
a. Guru mata pelajaran PKn kelas V yang
sedang melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning.
b. Siswa kelas V SDN 34 Pontianak Kota
yang berjumlah 38 orang dengan siswa laki-laki berjumlah 18 orang dan siswa
perempuan berjumlah 20 orang.
C.
Langkah-langkah Tindakan
Dalam
upaya meningkatkan motivasi pembelajaran PKn dengan menggunakan model Problem Based Learning pada siswa kelas
V SD Negeri 34 Pontianak Kota. Maka tindakan yang dilakukan adalah penggunaan
model Problem Based Learning dalam
pembelajaran. Adapun langkah-langkah tindakannya, yaitu:
a. Menentukan materi yang akan dibahas
b. Menentukan masalah yang akan
diselesaikan
c. Menyediakan media yang akan digunakan
dalam pembelajaran
d. Menginformasikan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan.
e. Membagiakan LKS kepada siswa beserta
media yang telah disediakan.
f. Membimbing siswa dalam membuat laporan
hasil karya.
g. Merefleksi pembelajaran yang telah
dilakukan.
h. Menyimpulakn pembelajaran.
D.
Indikator Kinerja Motivasi
Pembelajaran
Aspek yang ingin ditingkatkan pada
penelitian ini adalah motivasi pembelajaran, maka diperlukan indikator untuk
mengukur keberhasilan aspek yang ingin ditingkatkan tersebut. Secara umum
motivasi belajar dibagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Dalam Sutikno (http://www.bruderfic.or.id/h-129.html) dikatakan bahwa
Motivasi instrinsik timbul dari dalam
individu itu sendiri tanpa adanya paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas
dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat dari
luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu.
Sardiman
(2010: 89) menyatakan bahwa “salah satu contoh motivasi instrinsik adalah
seseorang yang membaca, tanpa ada yang menyuruh atau mendorongnya ia sudah
rajin mencari buku-buku untuk dibacanya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi
instrinsik muncul dari diri sendiri sedangkan motivasi ekstrinsik muncul karena
paksaan atau suruhan dari orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dan
dihubungkan dengan proses pembelajaran dikelas, maka dapat dirumuskan indikator
kinerja motivasi belajar seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel
Indikator Kinerja Motivasi Belajar
No
|
Indikator
|
Pengamatan
Awal
|
Capaian
|
||
Siklus
1
|
Siklus 2
|
Siklus 3
|
|||
A
|
Motivasi Instrinsik
|
|
|
|
|
1
|
Memperhatikan
penjelasan guru tanpa disuruh
|
50%
|
|
|
|
2
|
Mencatat materi pelajaran tanpa
disuruh
|
30%
|
|
|
|
3
|
Menjawab pertanyaan tanpa disuruh
|
17,6%
|
|
|
|
4
|
Mengerjakan soal di papan tulis
tanpa disuruh
|
5,9%
|
|
|
|
5
|
Bertanya mengenai materi yang belum
jelas tanpa disuruh
|
2,6\%
|
|
|
|
Rata-rata 21,2%
|
|||||
B
|
Motivasi Ekstrinsik
|
|
|
|
|
1
|
Memperhatikan penjelasan guru dengan disuruh
|
11,7%
|
|
|
|
2
|
Mencatat materi pelajaran dengan
disuruh
|
59%
|
|
|
|
3
|
Menjawab pertanyaan tanpa disuruh
|
25,5%
|
|
|
|
4
|
Mengerjakan soal dipapan tulis
dengan disuruh
|
9,1%
|
|
|
|
5
|
Bertanya mengenai materi yang belum
jelas dengan disuruh
|
0
|
|
|
|
Rata-rata 21,1%
|
E.
Teknik Dan Alat Pengumpul Data
1.
Teknik Pengumpul Data
Menurut
Hadari Nawawi (dalam Hasjmy, 2010: 30) “ada empat macam teknik pengumpul data
yang dapat digunakan dalam penelitian pada umumnya yaitu: (1). Teknik
Observasi, (2). Teknik Komunikasi, (3). Teknik pengukuran (measurement), (4). Teknik/ Studi Dokumenter”. Dan Hadari Nawawi
(1985: 94-95) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data antara lain,”teknik
observasi langsung, teknik komunikasi langsung, teknik komunikasi tidak
langsung, teknik pengukuran, dan teknik studi documenter/ biografi”. Dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi
lngsung yakni cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti saat
penelitian tindakan berlangsung dalam pembelajaran.
2.
Alat Pengumpul Data
Berdasarkan
teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah lembar obsevasi yang meliputi lembar observasi mengenai
motivasi siswa dan lembar observasi bagi guru.
F.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas
Setiap
mengadakan penelitian pasti harus melewati langkah-langkah tertentu begitu juga
dalam mengadakan penelitian tindakan kelas terdapat langkah-langkah yang harus
dilaksanakan Susilo (2010: 19) menyatakan “ ada empat langkah utama dalam
penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan ( planning), tindakan (acting),
observasi (abserving), dan refleksi (reflecting)”. Empat langkah tersebut dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas disebut dengan istilah satu siklus. Untuk
memudahkan dalam memahami keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada gambar:
Permasalahan
|
Perencanaan tidakan 1
|
Pelaksanaan tindakan 1
|
Perencanaan tidakan 2
|
Pelaksanaan tindakan 2
|
Refleksi 1
|
Observasi 1
|
Permasalahan Baru Hasil
Refleksi
|
Permasalahan Baru Hasil
Refleksi
|
Observasi 2
|
Refleksi 2
|
Perencanaan tidakan 3
|
Pelaksanaan tindakan 3
|
Penyimpanan dan Pemaknaan Hasil
|
Refleksi 3
|
Observasi 3
|
Gambar:
Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas
(Asrori, dkk. 2009: 120)
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru merancang rencana pembelajaran berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan media pembelajaran yang bernuansa model
PBL, serta lembar observasi mengenai motivasi dan lembar observasi guru.
b. Pelaksanaan
Setelah tahap perencanaan sudah dipersiapkan, selanjutnya
melaksanakan rencana pembelajaran dengan model PBL yang sudah dirancang
c. Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi tentang motivasi yang telah
disiapkan sebelumna. Dari hasil observasi maka dapat dilihat tingkat
keberhasilan atau tidaknya penerapan model PBL dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dilakukan refleksi yaitu
dengan melihat kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran di siklus 1.
Kekurangan yang muncul akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2006). Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Halidjah, Siti. (2010). Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: Program Studi PGSD Jurusan Pendidikan
Dasar FKIP UNTAN.
Hasjmy, Maridjo Abdul. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Pontianak: Prodi PGSD FKIP UNTAN.
Hikmat, Mahi M. (2011). Metode
Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Jenis-jenis motivasi.(online). ( http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/artikel-pendidikan-jenis-jenis-
motivasi.html diakses 13 juni 2012)
Musrofi, M. (2010). Melesatkan
Prestasi Akademik Siswa. Yogyakarta: Pustaka Insan
Nawawi, Hadari. (1985). Metode
Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Ruminiati. (2007). Pengembangan
Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Depdiknas.
Rusman. (2010). Model-model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sadirman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Grasindo.
Susilo. (2010). Panduan
Penelitan Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka
Sutikno, Sobry. Peran
Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. (online). (http: www.bruderfic.or.id/h-129.html.
diakses 15 juni 2012).
Tim Dosen FKIP. (2007).
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah FKIP
Untan. Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Trianto. (2010). Mendesain
model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Uno, Hamzah B. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra, Udin S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar