Kamis, 19 Juli 2012

Motivasi Pembelajaran


PENIGKATAN MOTIVASI PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN  DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 34 PONTIANAK KOTA
 

DESAIN PENELITIAN


OLEH:
DWITA PURNAMA SARI
NIM: F37009036

 



                                                                                                   







Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Pendidikan Dasar
Fakultas Kejuruan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya Desain Penelitian yang berjudul “Peningkatan Motivasi Pembelajaran Kewarganegaraan dengan Menggungakan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota” ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Desain penelitian ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas pada semester V Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitass Tanjungpura Pontianak.

Terima kasih kepada Bapak Maridjo Abdul Hasjmy selaku dosen pengampuh mata kuliah dan semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu penulis menyelesaikan makalah ini, baik itu sebagai sumbang saran maupun tenaga.
Mudah-mudahan desain penelitian Peningkatan Motivasi Pembelajaran Kewarganegaraan dengan Menggungakan Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota yang penulis paparkan ini dapat disimak dan dapat dijadikan motivasi bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah berikutnya.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dan para pembaca sekalian.


      Pontianak, 26 Juni 2012

    Penulis













DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………1
A.    Latar Belakang………………………………………………………………
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………...…
C.     Tujuan Penulisan……………………………………………………………..
D.    Manfaat Penulisan………………………………………….…………...……
BAB II
MOTIVASI PEMBELAJARAN DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING  DALAM PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN….………….………
A.    Motivasi Pembelajaran dalam Pembelajaran Kewarganegaraan.............
1.      Pengertian Motivasi Pembelajaran
2.      Peranan Motivasi dalam Pembelajaran
3.      Jenis-jenis Motivasi Pembelajaran
4.      Indikator Kinerja Untuk Mengukur Motivasi Pembelajaran….
B.     Model Problem Based Learning…………………………..
1.      Pengertian Model Problem Based Learning
2.      Manfaat Model Problem Based Learning
3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Laarning
4.      Langkah-langkah Pelaksanaan Model Problem Based Learning
5.      Implementasi Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Kewarganegaraan
BAB III       
METODE PENELITIAN…………………………………………..
A.    Metode dan Bentuk Penelitian…………………………….…………….
1.      Metode penelitian
2.      Bentuk Penelitian
B.     Setting dan Subjek Penelitian
1.      Setting Penelitian
2.      Subjek Penelitian
C.     Langkah-langkah Tindakan
D.    Indikator Kinerja Motivasi Pembelajaran
E.     Teknik dan Alat Pengumpul Data
1.      Teknik Pengumpul Data
2.      Alat Pengumpul Data
F.      Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menjadi seorang pendidik bukan hanya bagaimana mengajarkan sebuah pelajaran  melainkan bagaimana cara pendidik tersebut dalam menyampaikan pembelajaran agar siswa termotivasi untuk  belajar. Menurut Mc. Donald, yang dikutip  Sardiman (2010:73) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Maka dari itu, jika seorang anak telah termotivasi dalam belajar maka anak tersebut akan berusaha untuk mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari, menyerap informasi dan mengolahnya, mengubah informasi yang didapatnyai menjadi suatu pegetahuan, serta menerapkan hasil ini ke dalam kehidupan sehari-hari sehingga terciptalah pembelajaran yang efektif dan menyenangkan . Guna mempertahankan motivasi belajar yang timbul dari para siswa tersebut, para pendidik sangat memegang peranan penting. Untuk itu, pemahaman akan pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran haruslah dimiliki oleh pendidik  agar dalam pembelajaran pendidik dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Para pendidik seharusnya juga menciptakan suasana belajar yang positif dan menyajikan langkah-langkah yang dapat mendorong peserta didik agar mereka mau belajar dan mau menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Motivasi belajar juga dapat mendorong siswa untuk berperilaku aktif dan berprestasi dalam kelas, akan tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. Oleh karena itu sangat diperlukan juga keterampilan  pendidik dalam mengelola motivasi belajar siswa agar siswa selalu memiliki kemauan untuk belajar. Terlebih lagi dalam pembelajaran yang bersifat sosial, misalnya Pendidikan Kewarganegaraan akan sangat diperlukan sekali motivasi-motivasi pembelajaran agar siswa selalu memiliki keinginan untuk jauh lebih tahu mengenai isi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Karena dalam Pendidikan Kewarganegaraan memuat banyak nilai-nilai moral yang dapat menuntun siswa menjadi Warga Negara Indonesia yang baik. Winata Putra ( dalam Ruminiati, 2007: 1.25) berpendapat bahwa “Warga negara yang baik adalah  warga Negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara”. Dengan termotivasinya siswa untuk mengikuti pembelajaran kewarganegaraan dengan baik, maka sedikit banyaknya siswa akan mengerti akan hak dan kewajibannnya sebagai warga negara, sehingga terciptalah siswa yang bermoral dan memiliki budi pekerti yang baik..
Usaha untuk meningkatkan motivasi pembelajaran kewargnegaraan siswa juga memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antar pribadi dengan teman dan pendidik untuk mengembangkan kemampuan kognitif/ intelektual dan kemampuan sosial. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.
Namun pada kenyataan yang ada, masih sangat banyak dijumpai siswa yang meskipun telah mendapat pembelajaran dari pendidik dan mendapat perhatian yang cukup dari orangtua mereka ternyata motivasi belajar yang dimiliki masih belum maksimal seperti yang diharapkan. Sebagai contoh ketika ulangan siswa lebih suka menyontek teman dari pada harus belajar dirumah serta memahami isi dari buku-buku pelajaran mereka,  kurangnya minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstra tambahan les belajar di akhir pelajaran,dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Dari penjelasan diatas, kurangnya  motivasi belajar yang dimiliki siswa tidak sepenuhnya berawal dari dalam diri siswa itu sendiri sendiri, namun pihak sekolah selama ini juga belum secara optimal mengupayakan bagaimana solusi yang tepat untuk menangani siswa yang kurang memiliki motiavasi belajar. Kondisi ini dapat dilihat dari peran pendidik dalam pembelajaran  baik dalam memberikan informasi pengetahuan maupun sikap.
Dewasa ini masih banyak para guru yang hanya sekedar mengajar. Musrofi  menyatakan:
Guru hanya sebagai penyampai materi dengan mengejar target dalam waktu yang terbatas. Akibatnya guru merasa “sudah benar” karena materi pelajaran sudah disampaikan kepada siswa sesuai waktu yang ditentukan. Jadi, fokus perhatian guru adalah pada penyelesaian target materi pelajaran yang harus disampaikan dan bukan pada pemahaman terhadap materi yang disampaikan (Musrofi, 2010:29).
Dari pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa saat sekarang ini banyak guru yang memandang motivasi belajar dengan sebelah mata. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya motivasi belajar yang ada dalam diri siswa. Padahal, motivasi merupakan salah satu variabel penting dalam dunia pendidikan agar pendidikan bisa berkembang dengan baik.
Rendahnya motivasi belajar pada siswa perlu mendapat perhatian yang serius dari pendidik, untuk itu pendidik perlu melakukan refleksi diri atau introsperksi  diri dalam pembelajaran. Pendidik harus memperhatikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan dan diupayakannya apakah sudah dapat memotivasi siswa dengan baik atau belum. Karena jika belum, kesenjangan ini akan menyebabkan kemunduran kualitas pendidikan.
 Adapun upaya yang dapat dilakukan guru salah satunya adalah dengan menerapkan model-model pembelajaran. . Dalam pembelajaran Kewarganegaraan salah satu model pembelajaran yang dapat di terapkan adalah model problem based learning. Pada model pembelajaran  ini siswa diajak untuk berpikir dan memecahkan masalah-masalah yang sedang mereka hadapi.  Hal ini sangat relevan dengan sifat anak Sekolah Dasar yang selalu ingin tahu. Sehingga dalam pembelajaran kewarganegaraan, model problem based learning sangat cocok digunakan agar siswa dapat lebih memahami dan menerapkan pembelajaran yang sedang mereka dapatkan.
Oleh sebab itulah mengapa peneliti membahas tentang “Peningkatan Motivasi Pembelajaran Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota”. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah Model Problem Based Learning ini dapat meningkatkan motivsi pembelajaran siswa.

B.     Masalah Penelitian
Dari latar belakang diatas, adapun yang menjadi masalah umum dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peningkatan Motivasi pembelajaran Kewarganegaraan dengan digunakannya Metode Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota?”. Dari masalah ini muncul beberapa submasalah, yaitu:
1.      Bagaimanakah peningkatan motivasi Instrinsik pada Pembelajaran Kewarganegaraan dengan digunakannya Model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota?
2.      Bagaimanakah Peningkatan Motivasi Ekstrinsik pada Pembelajaran Kewarganegaraan dengan digunakannya Model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota?

C.    Tujuan Penelitian
Dari masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian tindakan kelas ini  adalah untuk meningkatkan motivasi pembelajaran dalam pembelajaran Kewarganegaraan terutama yang berhubungan dengan
1.      Peningkatan motivasi Instrinsik dalam pembelajaran
2.      Peningkatan motivasi Ekstrinsik dalam pembelajaran
D.    Manfaat Penelitin
            Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Memberikan kontribusi terhadap  peningkatan kualitas belajar siswa
2.      Menjadikan profesionalisme guru dalam pembelajaran.
3.      Menciptakan inovasi pembelajaan secara nyata


















BAB II
MOTIVASI PEMBELAJARAN DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING  DALAM PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN

A.    Motivasi Pembelajaran dalam Pembelajaran Kewarganegaraan
1.      Pengertian Motivasi Pembelajaran
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat didalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku tertentu, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Di dalam bukunya Uno (2011: 3) menyatakan bahwa “Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya”. Mendukung pernyataan diatas menurut Mc. Donald, yang dikutip  Sardiman (2010:73) “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan adanya tujuan tertentu.
Motivasi dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Winataputra (2008: 1.14) mengatakan bahwa “Pembelajaran selalu mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku individu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran”.
Hal ini berarti, motivasi pembelajaran merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk mengikuti kegiatan yang sengaja dirancang  untuk mendukung proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai.
2.      Peranan Motivasi Dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran, motivasi pada dasarnya sangat berperan dalam  membantu untuk  memahami dan menjelaskan sebuah materi yang sedang dipelajari. Serta dapat mengajak  siswa selalu memiliki minat dalam pembelajaran. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguatan belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar (Uno, 2011: 27).
1.      Peran motivasi dalam menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat dikatakan berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahannya dan siswa  tersebut berusaha menyelesaikan masalah dengan bantuan pengeahuan yang telah dimilikinya. Sesuatu dapat menjadi penguatan belajar untuk seseorang apabila dia sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan kata lain motivasi dapat membuat lingkungan agar bermanfaat untuk memperkuat perbuatan belajar anak.
2.      Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kebermaknaan dalam belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu apabila yang dipelajarinya merupakan yang telah diketahui dan  telah dirasakan manfaat bagi dirinya.
3.      Motivasi menentukan ketekunan belajar
Anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya, apabila seseorang kurang termotivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar, serta mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain diluar pembelajaran.

3.      Jenis-jenis Motivasi Pembelajaran
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi, pada pokoknya motivasi   dapat dibagi menjadi dua jenid, yaitu: a) motivasi Instrinsik, b) motivasi Ekstrinsik.
a.       Motivasi Instrinsik
Menurut Sardiman (2010: 89) ”Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif, atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dan Usman (2004: 24) berpendapat bahwa jenis motivasi intrinsik ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri seseorang atau tidak memerlukan adanya rangsangan dari luar.
b.      Motivasi Ekstrinsik
Menurut Sardiman (2010: 91) mengemukakan, “Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar”. Motivasi ekstrinsik dikatakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar perbuatan yang dilakukanya. Kemudian Winkel (2005: 94) mengatakan bahwa “Motivasi ekstrinsik merupakan aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”. Dari kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah suatu tindakan yang disebabkan oleh  factor dorongan  atau  rangsangan dari luar diri seseorang atau memerlukan adanya rangsangan dari luar.
                                                                                                            
4.      Indikator Kinerja Untuk Mengukur Motivasi Pembelajaran
Pada dasarnya, motivasi pembelajaran merupakan dorongan internal dan eksternal pada diri siswa yang sedang belajaar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indicator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar pada keberhasilan sesseorang dalam belajar. Dalam bukunya Uno (2011: 23) menuliskan bahwa:
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)  adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.


B.     Model Problem Based Learning Dalam Pembelajaran
1.      Pengertian Model Problem Based Learning
Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Problem Based Learning  merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru. Dalam hal ini, dalam pembelajarannya siswa akan diberikan masalah-masalah nyata, sehingga siswa dapat berpikir lebih real dalam penyelesaiannya. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2010: 91) “Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkunga”. Ini berarti lingkungan memberikan siswa bantuan dan masalah, sedangkan dalam diri siswa itu sendiri memikirkan bagaimana bantuan itu sendiri secara efektif dapat bekerja sehingga masalah dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

                                                                                           
2.      Manfaat Model Problem Based Learning
Pembelajaran model problem based learning dirancang untuk melatih siswa agar mampu berpikir secara kritis. Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2010: 96) bengatakan bahwa “Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pelajar yang otonom dan mandiri”.
3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning
Pembelajaran model problem based learning juga memiliki beberapar kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari PBL adalah: (1) realistic dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat inquiry siswa; (4) retensi konsep jadi kuat dan (5) memupuk kemampuan problem solving. Sedangkan kekurangannya antara lain: (1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang yang relevan; (3) sering terjadi miss-konsepsi dan (4) konsumsi waktu, dimana model pembelajaran ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.
4.      Langkah-langkah Pelaksanaan Model Problem Based Learning
Dalam model problem based learning, ada beberapa langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan. Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002: 1) (dalam Rusman, 2010:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
Fase
Indikator
Tingkah Laku Guru
1
Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2.
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing pengalaman individu
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Dari tabel diatas dapat diuraikan langkah-langkah model Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a.       Mengorientasikan masalah
Pada awal pembelajaran, guru harus menjelskan tujuan pembelajaran dan menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b.      Mengorganisasi siswa dalam pembelajaran
Menjelaskan kepada siswa mengenai tugas yang akan dikerjakan, dan mengorganisasikan tugas belajar yang sesuai/ berhubungan  dengan masalah.
c.       Membimbing Siswa dalam Belajar\
Dalam pelaksanaannya guru membimbing siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengontrol kegiatan pembelajaran yang siswa lakukan. Siswa diberikan kebebasan untuk mencari informasi mengenai masalah yang akan mereka selesaikan.
d.      Menyajikan Laporan
Membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan hasil karya mereka.
e.       Evaluasi
Melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses yang mereka gunakan.

5.      Implementasi Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Kewarganegaraan
Untuk memberikan gambaran bagaimana penerapan model Problem Based Learning maka akan dipaparkan penerapan model Problem Based Learning pada pembelajaran kewarganegaraan kelas V, yaitu:
Contoh : Pada materi Kebebasan Berorganisasi
1.      Mengorientasikan Masalah
a.       Siswa mendapat kejelasan mengenai tujuan pembelajaran.
b.      Siswa diminta untuk membaca materi.
c.       Siswa dibagi kelompok dan setiap kelompok diberikan masalah yang berbeda.
d.      Setisap kelompok diberikan LKS berisi soal-soal mengenai masalah yang diberikan.
2.      Mengorganisasikan siswa dalam pembelajaran
a.       Siswa di bimbing untuk mengerjakan tugas bedasarkan masalah yang telah diberikan
b.      Setiap masalah diberikan kisi-kisi yang harus diselesaikan (berupa pertanyaan dalam LKS)
3.      Membimbing siswa dalam belajar
a.       Siswa diberikan kesempatan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah yang telah diberikan.
b.      Siswa memecahkan masalah dengan bekerjasama dalam kelompok.
4.      Menyajikan Laporan
a.       Siswa membuat laporan dari hasil kerja kelompok berdasarkan perintah dari LKS yang telah diberikan.
b.      Siswa menyajikan lap[oran hasil kerja kelompok mereka
5.      Evaluasi
a.       Siswa bersama guru melakukan evaluasi mengenai penyelidikan mereka.
b.      Siswa bersama guru merefleksi proses pembelajaran yang telah mereka lakukan.


BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Metode dan Bentuk Penelitian
1.      Metode Penelitian
Dalam mengadakan penelitian harus ditentukan terlegih dahulu  metode yang harus digunakan. Hadari Nawawi (1985: 61-93) menyatakan “Ada empat macam metode penelitian yaitu metode filosofis, metode deskriptif, metode historis, dan metode eksprimen”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hadari Nawawi ( 1985: 63) menyatakan bahwa “metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang sedang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya”. Dan menurut Gay (dalam Hikmat, 2011: 44) “Penelitian deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian”. Dengan kata lain, metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan cara memaparkan hasil penelitian berdasarkan keadaan sebenarnya. Metode deskriptif dalam penelitian ini adalah pemecahan masalah mengenai peningkatan motivasi pembelajaran dengan menggambarkan keadaan pada saat pembelajaran Kewarganegaraan di kelas V dengan menggunakan Model Problem Based Learning sehingga akan diperoleh hasil apakah model Problem Based Learning ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa atau tidak.
2.      Bentuk penelitian
Berdasarkan metode dan bentuk penelitian yang digunakan maka jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Susilo (2010: 16) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakaan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran”. Bentuk penelitian pada umumnya ada tiga (3) macam, sebagaimana yang  dikemukakan Hadari Nawawi (dalam Hasjmy, 2010: 27) yaitu: (1) survey (survey studies), (2) Studi Hubungan (interrelationship studies)yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (3) Studi Perkembangan (Developmental Studies).
Dalam penelitian tindakan kelas, bentuk penelitian yang digunakan pada umumnya adalah Survei (Survey Studies) dengan jenisnya yaitu Survei Kelembagaan (Institutional Survey).

B.     Setting Dan Subjek Penelitian
1.      Setting Penelitian
Penelitian ini menggunakan setting di dalam kelas, yaitu akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. Khususnya dikelas V.
2.      Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah:
a.       Guru mata pelajaran PKn kelas V yang sedang melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning.
b.      Siswa kelas V SDN 34 Pontianak Kota yang berjumlah 38 orang dengan siswa laki-laki berjumlah 18 orang dan siswa perempuan berjumlah 20 orang.

C.    Langkah-langkah Tindakan
Dalam upaya meningkatkan motivasi pembelajaran PKn dengan menggunakan model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 34 Pontianak Kota. Maka tindakan yang dilakukan adalah penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah tindakannya, yaitu:
a.       Menentukan materi yang akan dibahas
b.      Menentukan masalah yang akan diselesaikan
c.       Menyediakan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
d.      Menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
e.       Membagiakan LKS kepada siswa beserta media yang telah disediakan.
f.       Membimbing siswa dalam membuat laporan hasil karya.
g.      Merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
h.      Menyimpulakn pembelajaran.

D.    Indikator Kinerja Motivasi Pembelajaran
Aspek yang ingin ditingkatkan pada penelitian ini adalah motivasi pembelajaran, maka diperlukan indikator untuk mengukur keberhasilan aspek yang ingin ditingkatkan tersebut. Secara umum motivasi belajar dibagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dalam Sutikno (http://www.bruderfic.or.id/h-129.html) dikatakan bahwa
Motivasi instrinsik timbul dari dalam individu itu sendiri tanpa adanya paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu.

Sardiman (2010: 89) menyatakan bahwa “salah satu contoh motivasi instrinsik adalah seseorang yang membaca, tanpa ada yang menyuruh atau mendorongnya ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya”. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik muncul dari diri sendiri sedangkan motivasi ekstrinsik muncul karena paksaan atau suruhan dari orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dan dihubungkan dengan proses pembelajaran dikelas, maka dapat dirumuskan indikator kinerja motivasi belajar seperti pada tabel di bawah ini:









Tabel
Indikator Kinerja Motivasi Belajar

No
Indikator
Pengamatan
Awal
                Capaian
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
A
Motivasi Instrinsik




1
Memperhatikan penjelasan guru tanpa disuruh

50%



2
Mencatat materi pelajaran tanpa disuruh

30%



3
Menjawab pertanyaan tanpa disuruh

17,6%



4
Mengerjakan soal di papan tulis tanpa disuruh

5,9%



5
Bertanya mengenai materi yang belum jelas tanpa disuruh

2,6\%



                          Rata-rata                 21,2%
B
Motivasi Ekstrinsik




1
Memperhatikan penjelasan  guru dengan disuruh
11,7%



2
Mencatat materi pelajaran dengan disuruh
59%



3
Menjawab pertanyaan tanpa disuruh
25,5%



4
Mengerjakan soal dipapan tulis dengan disuruh
9,1%



5
Bertanya mengenai materi yang belum jelas dengan disuruh
0



                        Rata-rata                  21,1%

E.     Teknik Dan Alat Pengumpul Data
1.      Teknik Pengumpul Data
Menurut Hadari Nawawi (dalam Hasjmy, 2010: 30) “ada empat macam teknik pengumpul data yang dapat digunakan dalam penelitian pada umumnya yaitu: (1). Teknik Observasi, (2). Teknik Komunikasi, (3). Teknik pengukuran (measurement), (4). Teknik/ Studi Dokumenter”. Dan Hadari Nawawi (1985: 94-95) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data antara lain,”teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung, teknik komunikasi tidak langsung, teknik pengukuran, dan teknik studi documenter/ biografi”. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi lngsung yakni cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti saat penelitian tindakan berlangsung dalam pembelajaran.

2.      Alat Pengumpul Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah lembar obsevasi yang meliputi lembar observasi mengenai motivasi siswa dan lembar observasi bagi guru.

F.     Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Setiap mengadakan penelitian pasti harus melewati langkah-langkah tertentu begitu juga dalam mengadakan penelitian tindakan kelas terdapat langkah-langkah yang harus dilaksanakan Susilo (2010: 19) menyatakan “ ada empat langkah utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan ( planning), tindakan (acting), observasi (abserving), dan refleksi (reflecting)”. Empat langkah tersebut dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas disebut dengan istilah satu siklus. Untuk memudahkan dalam memahami keempat langkah tersebut, dapat dilihat pada gambar:

Permasalahan
Perencanaan tidakan 1
Pelaksanaan tindakan 1
Perencanaan tidakan 2

Pelaksanaan tindakan 2

Refleksi 1
Observasi 1
Permasalahan Baru Hasil  Refleksi
 








                                                                                                                       

Permasalahan Baru Hasil  Refleksi

Observasi 2
Refleksi 2
Perencanaan tidakan 3

Pelaksanaan tindakan 3

 




Penyimpanan dan Pemaknaan Hasil
Refleksi 3
Observasi 3
 






Gambar:
Siklus Pelaksanaan Tindakan Kelas (Asrori, dkk. 2009: 120)



a.       Perencanaan
Pada tahap ini guru merancang rencana pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan media pembelajaran yang bernuansa model PBL, serta lembar observasi mengenai motivasi dan lembar observasi guru.
b.      Pelaksanaan
Setelah tahap perencanaan sudah dipersiapkan, selanjutnya melaksanakan rencana pembelajaran dengan model PBL yang sudah dirancang
c.       Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi tentang motivasi yang telah disiapkan sebelumna. Dari hasil observasi maka dapat dilihat tingkat keberhasilan atau tidaknya penerapan model PBL dalam pembelajaran.
d.      Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dilakukan refleksi yaitu dengan melihat kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran di siklus 1. Kekurangan yang muncul akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.












DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Halidjah, Siti. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: Program Studi PGSD Jurusan Pendidikan Dasar FKIP UNTAN.
Hasjmy, Maridjo Abdul. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Pontianak: Prodi PGSD FKIP UNTAN.
Hikmat, Mahi M. (2011). Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Musrofi, M. (2010). Melesatkan Prestasi Akademik Siswa. Yogyakarta: Pustaka Insan
Nawawi, Hadari. (1985). Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Depdiknas.
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sadirman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Grasindo.
Susilo. (2010). Panduan Penelitan Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka

Sutikno, Sobry. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. (online). (http: www.bruderfic.or.id/h-129.html. diakses 15 juni 2012).

Tim Dosen FKIP. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah FKIP Untan. Pontianak: Universitas Tanjungpura.           
Trianto. (2010). Mendesain model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 
Uno, Hamzah B. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra, Udin S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
                      

Tidak ada komentar: